Rabu, 26 November 2008

DESA BATIK KLIWONAN


Dunia mode dan fashion rasanya sudah tidak asing lagi dengan batik. Menyebut batik, ingatan seseorang akan melayang pada secarik kain dan pakaian khas Indonesia. Khususnya Pekalongan, Surakarta, dan Yogyakarta. Tiga kota itu selama ini lebih dikenal oleh para pecinta busana sebagai sentra penghasil batik. Namun jika ditelusuri lebih jauh, pusat-pusat produksi batik pun dapat ditemukan di daerah lain di Jawa Tengah.
Kabupaten Sragen, misalnya, adalah sentra produksi batik terbesar setelah Pekalongan dan Surakarta. Di Sragen, terdapat dua sub sentra batik yakni Kecamatan Plupuh dan Masaran. Dua sub sentra tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik. Letak mereka pun berdekatan, saling berseberangan di sisi utara dan selatan Sungai Bengawan Solo.
Desa-desa di utara sungai adalah Jabung dan Gedongan yang masuk wilayah Kecamatan Plupuh. Mereka hanya berjarak sepelemparan batu dengan Desa Pilang, Sidodadi, dan Kliwonan. Tiga desa yang disebut terakhir terletak di selatan Bengawan Solo dan berada dalam wilayah Kecamatan Masaran. Karena berada di pinggiran sungai atau kali –dalam bahasa Jawa, industri Batik di kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan Batik Girli (Pinggir Kali). Di dua sub sentra batik tersebut terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja.Sebagian besar perajin batik tinggal di desa Kliwonan. Kuantitas produksi batik yang dihasilkan perajin Kliwonan pun paling besar. Oleh sebab itu, kawasan penghasil batik di Sragen kemudian lebih dikenal dengan sebutan sentra batik Kliwonan. Pemerintah Kabupaten Sragen lalu menetapkan sentra batik itu sebagai kawasan wisata terpadu, yang dinamakan Desa Wisata Batik Kliwonan. Desa Kliwonan sekaligus diditetapkan menjadi pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik.
Desa wisata batik terletak 13 kilometer dari pusat kota Kabupaten Sragen dan telah dilengkapi dengan infrastruktur dan sarana publik yang memadai.

Di sepanjang jalan menuju lokasi desa wisata yang terletak 4 kilometer dari jalan besar itu, pengunjung akan disuguhi hamparan persawahan dan rumah penduduk yang tertata rapi.
Kala tiba di desa wisata batik, pelancong tidak hanya dapat berbelanja.Wisatawan juga dapat melihat proses pembatikan, seperti proses penjemuran, pewarnaan, pemberian motif, pelapisan dengan sejenis parafin, dan pembatikan.
Para pelancong yang berminat tinggal beberapa hari dapat menginap di rumah-rumah penduduk yang telah disulap menjadi homestay. Perjalanan wisata ini dapat menyuguhkan pengalaman yang tak terlupakan. Sebab, wisatawan dapat memperoleh cukup waktu untuk belajar membatik sembari menikmati kehidupan warga pedesaan khas Sragen. idak cuma melihat proses pembuatan batik, pelancong pun boleh ikut menjajal menggoreskan canting -semacam pena untuk melukis batik- ke atas kain mori. Wisatawan juga akan dikenalkan jenis-jenis kain batik dan motif yang dituangkan pada kain. Jika tak keberatan untuk berbasah dan berkotor-kotor sedikit, para penikmat perjalanan wisata bolehlah terjun ke dalam kolam pewarnaan. Bersama juru warna kain, wisatawan akan diajarkan mencelup dan mewarnai kain.Wisatawan juga dapat mempelajari sejarah dan asal usul batik di Indonesia dan lahirnya batik khas Sragen itu sendiri. Gaya batik
Sragen awal mulanya identik dengan batik Surakarta, terutama di era 80-an. Ini tak mengherankan, sebab para pionir kerajinan batik di Sragen umumnya pernah bekerja sebagai buruh batik di perusahaan milik juragan batik Surakarta. Namun kemudian, batik Sragen berhasil membentuk ciri khas yang berbeda dari gaya Yogyakarta dan Surakarta. Batik gaya Yogyakarta umumnya memiliki dasaran –atau sogan– putih dengan motif bernuansa hitam atau warna gelap. Corak Yogyakarta ini biasa disebut batik latar putih atau putihan. Beda lagi dengan batik gaya Surakarta, biasanya memiliki warna dasaran gelap dengan motif bernuansa putih. Biasa disebut batik latar hitam atau ireng. Batik Yogyakarta dan Surakarta juga lebih kuat dalam mempertahankan motif gaya kraton yang telah menjadi patokan baku, misalnya parang,kawung, sidodrajat, sidoluhur, dan lain sebagainya. Bagaimana dengan batik Pekalongan? Batik dari daerah pesisir utara Jawa itu biasanya berlatar warna cerah mencolok. Motif batik yang digoreskan umumnya berukuran kecil-kecil dengan jarak yang rapat. Beda dengan batik Sragen.
Lahirnya motif tersebut tidak lepas dari pengaruh karakter masyarakat Sragen yang pada dasarnya terbuka dan blak-blakan dalam mengekspresikan isi hati.
Batik Sragen lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna. Ada kalanya dikombinasi dengan motif baku. Jadilah, motif tumbuhan atau hewan yang disusupi motif baku seperti parang, sidoluhur, dan lain sebagainya. Belakangan ini beberapa perajin mulai mencoba menelurkan motif baru yang isinya merekam aktivitas keseharian masyarakat. Guratan motif batik Sragen dewasa ini cenderung menyiratkan makna secara tegas. Jauh lebih lugas ketimbang corak Yogyakarta dan Surakarta.
Di desa wisata batik Kliwonan, wisatawan dapat dengan mudah membedakan batik Sragen dengan motif batik dari daerah lainnya. Para perajin batik di Kliwonan biasa menuangkan karyanya ke berbagai jenis kain dengan berbagai teknik produksi. Jenis kain yang digunakan antara lain sutera yang ditenun dengan mesin maupun manual, katun, dan primisma. Perajin di Sragen umumnya memproduksi batik dengan teknik tulis, cap, printing, dan kombinasinya. Namun, sebagian besar perajin masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma. Teknik tradisional ini menunjukkan kemampuan luar biasa batik tulis Sragen dalam bertahan di era modern ini. Masih dipegangnya cara tradisional para pembatik di kawasan Kliwonan ini merupakan eksotisme yang langka dijumpai. Inilah daya tarik desa wisata batik Kliwonan.
Soal daya saing batik Sragen memang bukan isapan jempol semata. Walaupun berupa industri rumahan dan berlokasi di pedesaan, kapasitas produksi batik yang dihasilkan tidak bisa dianggap enteng. Lihat saja, produksi batik jenis katun yang dihasilkan pada 2005 mampu menembus angka 50.000 potong, sementara batik jenis sutera dari alat tenun bukan mesin mencapai 365.000 potong. Tak mengherankan apabila Sragen mampu membayang-bayangi Pekalongan dan Surakarta sebagai daerah produsen batik.
Toh, kesuksesan tersebut tidak lantas membuat para perajin batik menjadi lupa diri. Masyarakat sentra batik Girli itu dikenal sebagai komunitas yang religius. Mereka juga dikenal ramah, sopan, dan terbuka terhadap tamu. Ajaran Islam -agama mayoritas penduduk sentra batik Girli untuk memuliakan tamu yang disampaikan turun temurun oleh pendahulu mereka benar-benar dipegang teguh. Bahkan, jika beruntung, wisatawan akan menjumpai sambutan yang unik; hidangan daging ayam yang digoreng utuh. Tradisi ini merupakan simbol penghormatan dan ucapan selamat datang kepada para tamu atau orang asing yang dinilai bermaksud baik.
Kebiasaan uluk salam dan saling menyapa di antara penduduk, maupun kepada orang asing masih jamak ditemui di kawasan itu. Mereka pun begitu ringan tangan membantu tetangganya yang ditimpa kesusahan. Jadi jangan kaget, bila Anda berkunjung ke desa batik Kliwonan suatu saat nanti, bakal disambut penuh kehangatan. Dengan salam khas wong ndeso yang tulus dan menentramkan; Monggo pinarak, sederek…”, artinya, ”mari singgah, saudaraku”.
Galeri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen
Galleri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen (SBBS) terletak di jantung kota Sragen, hanya beberapa puluh langkah kaki dari kantor Pemerintahan Kabupaten. SBBS dan Galeri Batik Sukowati merupakan pusat perbelanjaan dan sirkulasi kerajinan batik Sragen. Dua lokasi itu merupakan gerai penjualan para pelaku bisnis di bidang industri batik.Harga produk-produk batik di dua gerai itu sengaja dirancang agar terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dua gerai itu akhirnya menjadi pusat perbelanjaan batik yang mampu diakses masyarakat ekonomi lemah maupun golongan kaya. Untuk menarik pembeli dan mengembangkan pasar, di SBBS dan Galeri Batik Sukowati kerap diadakan bazaar batik dan acara yang bertema batik khas Sragen.

Senin, 24 November 2008

KOLAM RENANG KARTIKA


Kolam Renang Kartika merupakan salah satu objek wisata tirta andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen.Objek wisata ini terletak didalam kota dan mudah untuk dicapai. Berbagai fasilitas disediakan untuk mendukung kenyamanan pengunjung, antara lain kolam renang utama, kolam renang anak-anak yang dilengkapi dengan ban pengaman, kolam luncuran, kolam pemancingan, arena bermain, taman keluarga , dan kafetaria.Kolam Renang Kartika dapat dicapai dengan melewati alun-alun kota , lalu belok ke kanan + 1,5 KM.
Obyek wisata paling dekat yang dapat dikunjungi setelah melakukan perjalanan jauh yaitu Kolam Renang Kartika. Kolam Renang Kartika berada di dalam Kota Sragen, tepatnya di jalan Veteran berdampingan dengan Stadion Sepak Bola Sragen. Kolam Renang Kartika diresmikan pemakaian untuk umum oleh Bupati Sragen tanggal 26 April 1988, menempati areal seluas kurang lebih 2 hektar. Begitu wisatawan memasuki Taman Wisata Kolam Renang Kartika, pertama yang ditemui adalah lapangan parkir, yang dapat menampung kendaraan kurang lebih 50 buah mobil. Di samping lapangan parkir terdapat sebuah Kolam Pemancingan yang dilengkapi sebuah pondok pemantauan untuk bersantai, serta taman yang ditanami aneka bunga. Setelah memperoleh tanda masuk di loket, maka wisatawan akan memasuki halaman Kolam renang Kartika yang dikelilingi oleh pagar tembok setinggi 3 meter. Kolam Renang KArtika terbagi 2 (dua) bagian utama, yaitu:
Kolam renang untuk umum , kolam renang ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 12,5 meter, sedangkan dalamnya sangat bervariasi yaitu 3 meter, 2,5 meter, serta 1,50 meter
Kolam renang untuk anak-anak , kolam renang ini mempunyai ukuran panjang 12,5 meter, lebar 3 meter serta dalamnya 60 centimeter.
Untuk menjaga kenyamanan para pelanggan maka kolam renang ini selalu dilakukan pengurasan satu kali dalam seminggu. Kolam Renang Kartika dilengkapi dengan arena permainan anak-anak. Fasilitas yang tersedia adalah papan luncur bergelombang, kamar ganti pakaian putra/putri, toilet, cafetaria, gudang, kantor pengelola, dan lain-lain.
TIKET MASUK
- Hari Biasa Rp. 1.500,-
- Hari Libur Rp. 2.000,-
- Pelajar Rp. 1.000,-
- Pelajar Olah Raga Rp. 750,-

GUNUNG KEMUKUS

Objek Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal dengan sebutan “GUNUNG KEMUKUS” selalu menarik untuk diulas. Hal yang menjadikan objek wisata ini menarik adalah pandangan pro dan kontra tentang Makam Pangeran Samudro itu sendiri dan kisah yang beredar di tengah masyarakat.

Ada 2 (dua) paradigma yang berkembang di tengah masyarakat tentang Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus. Pertama, adanya keyakinan di sebagian masyarakat bahwa
apabila ingin ngalap berkah atau permohonannya terkabul, maka orang yang datang ke Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan
suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali dalam satu lapan ( 1 lapan = 35 hari).
Paradigma negatif ini perlu diluruskan agar para peziarah tidak terjebak dalam paradigma dan kepercayaan yang keliru. Setiap peziarah atau pengunjung yang menginginkan permohonan atau keinginannya terkabul haruslah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berdo’a dan berusaha di jalan yang benar. Singkatnya, paradigma negatif yang berkembang di tengah masyarakat tersebut tidak benar adanya.

Kedua, berziarah ke Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus adalah suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai keutamaan dengan mengingat jasa dan keluhuran jiwa dari figur yang diziarahi. Dengan berziarah di tempat tersebut, manusia diharapkan untuk selalu ingat akan kematian sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu berbuat kebaikan sesuai dengan keluhuran jiwa dan teladan dari figur yang diziarahi.

Sejarah Pangeran Samudro

Pangeran Samudro adalah putra Raja Majapahit terakhir dari ibu selir. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya yang lain. Bahkan beliau bersama ibunya ikut diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak. Pada waktu itu beliau telah berusia 18 tahun.

Selama berada di Demak, Pangeran Samudro mendapat bimbingan ilmu agama dari Sunan Kalijaga. Ketika dirasa cukup dan usianya telah semakin dewasa maka atas petunjuk dari Sultan Demak melalui Sunan Kalijaga, Pangeran Samudro diperintahkan untuk berguru tentang agama Islam kepada Kyai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu sekaligus mengemban misi suci untuk menyatukan saudara-saudaranya yang telah tercerai berai. Pangeran Samudro mentaati nasehat tersebut dan pergi berguru pada Kyai Ageng Gugur dengan didampingi oleh dua abdinya yang setia.

Selama berguru kepada Kyai Ageng Gugur, Pangeran diberi ilmu tentang intisari ajaran Islam secara mendalam. Selama itu pula, Pangeran tidak mengetahui bahwa Kyai Ageng Gugur sebenarnya adalah kakaknya sendiri. Ketika dirasa Pangeran Samudro telah menguasai ilmu yang diajarkan, Kyai Ageng Gugur baru menceritakan siapa beliau sesungguhnya. Betapa terkejutnya Pangeran Samudro mendengar cerita tersebut, karena beliau teringat akan amanat Sultan Demak untuk menyatukan saudara-saudaranya. Akhirnya, Pangeran Samudro menceritakan tentang amanat tersebut. Ternyata Kyai Ageng Gugur bisa menerima dan bersedia dipersatukan kembali dan ikut membangun Kerajaan Demak.

Setelah selesai berguru dan tercapai maksud tujuannya, Pangeran Samudro dan dua abdinya kembali ke Demak. Mereka berjalan ke arah barat dan sampailah mereka di Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) kemudian mereka beristirahat untuk melepaskan lelah. Di dukuh tersebut mereka bertemu dengan orang yang berasal dari Demak (Wulucumbu Demak) yang bernama Kyai Kamaliman. Di dukuh ini, Pangeran Samudro berniat bermukim sementara untuk menyebarkan agama Islam.

Setelah dirasa cukup, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dan sampai di suatu tempat di padang “oro-oro” Kabar. Sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama Dusun Kabar, Desa Bogorame (Gemolong). Di tempat ini Pangeran Samudro terserang sakit panas. Walaupun demikian, perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Dukuh Doyong (wilayah Kecamatan Miri). Karena sakit yang diderita semakin parah, Pangeran memutuskan untuk beristirahat di dukuh tersebut.

Ketika sakitnya semakin parah dan dirasa akan sampai pada ajalnya/hampir meninggal, Pangeran Samudro memerintahkan salah seorang abdinya untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan di Demak. Seusai mendengar amanat Sultan, abdi tersebut diperintahkan untuk segera kembali. Dan ketika abdi tersebut kembali ke tempat di mana Pangeran beristirahat, Pangeran Samudro telah meninggal. Selanjutnya sesuai dengan petunjuk Sultan, jasad Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan di sebelah barat dukuh tersebut.

Sebelum pemakaman, diadakan musyawarah di antara orang-orang yang memiliki lahan di sekitar wilayah itu. Mereka bersepakat bahwa lokasi bekas perawatan/peristirahatan Pangeran Samudro akan didirikan desa baru dan diberi nama “Dukuh Samudro” yang sampai kini terkenal dengan nama “Dukuh Mudro”.

Sejarah Penamaan Gunung Kemukus

Pangeran Samudro dan pengikutnya sebenarnya sangat diharapkan untuk kembali ke Kasultanan Demak oleh Sultan Demak, namun ajal terlebih dahulu menjemput Pangeran Samudro. Sultan Demak mengatakan, “Menurut hematku bahwa sakitnya Si Samudro itu sudah tidak bisa diharapkan untuk membaik dan jauh kemungkinan untuk sampai ke Demak. Kiranya jika memang sudah menjadi suratan Yang Maha Kuasa bahwasanya sampai di situ saja riwayatnya, maka saya memberi petunjuk jika Si Samudro sudah sampai ajalnya, maka kebumikanlah jasadnya pada suatu tempat di bukit arah barat laut dari tempat Pangeran Samudro meninggal. Sebab boleh jadi kelak di sekitar tempat itu akan menjadi ramai sehingga dijadikan tauladan orang-orang di sana”.
Pada awalnya keadaan di lokasi Makam Pangeran Samudro sangatlah sepi dan jarang dijamah orang karena letaknya di tengah hutan belantara, serta banyak dihuni oleh binatang-binatang buas. Namun, sedikit demi sedikit keadaan berubah setelah daerah tersebut dihuni oleh para penduduk.

Selanjutnya diterangkan bahwa di atas bukit tempat Pangeran Samudro dimakamkan, apabila menjelang musim hujan ataupun kemarau tampaklah kabut-kabut hitam seperti asap (kukus). Karena hal itulah, penduduk setempat menyebut bukit itu “Gunung Kemukus” sampai dengan saat ini. Demikianlah asal-usul Gunung Kemukus.

Sejarah Sendang Ontrowulan

Setelah menerima kabar dari Abdi Dalem Pangeran Samudro, Sultan Demak kemudian menyampaikan berita meninggalnya Pangeran Samudro tersebut kepada ibu Pangeran Samudro, R.Ay. Ontrowulan. Terkejutlah beliau mendengar berita tersebut dan memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan. Kepergian ibunda Pangeran Samudro ke makam putranya diantar oleh abdi Pangeran Samudro yang setia. Ibunda Pangeran Samudro berniat untuk bermukim di dekat Makam Pangeran Samudro dan merawat makam putranya tersebut.
Setelah sampai di pemakaman, ibunda Pangeran Samudro langsung merebahkan badannya sambil merangkul pusara putra satu-satunya yang amat dicintainya. Sampai pada suatu ketika ia merasa bertemu kembali dengan putranya serta dapat bertatap muka dan berdialog secara gaib :
“Oh Ananda begitu sampai hati meninggalkan aku dan siapa lagi yang kutunjuk sebagai gantimu, hanya engkau satu-satunya putraku dan aku tidak dapat berpisah denganmu”.
Jawab Pangeran Samudro :
“Oh Ibunda, Bunda tentu tidak dapat berkumpul dengan Ananda sebab ibunda masih berbadan jasmani dan selama belum melepas raga, untuk itu harus bersuci terlebih dahulu di sebuah “sendang” yang letaknya tidak jauh dari tempat ini”.
Setelah terbangun dan tersadar dari pertemuan dengan putranya, beliau pun bangkit dan pergi ke sendang yang dikatakan putranya untuk bersuci. Setelah itu, rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan dan jatuhlah bunga-bunga penghias rambutnya. Konon bunga-bunga tersebut tumbuh mekar menjadi pepohonan “Nagasari” yang dapat dijumpai di sekitar lokasi hingga kini.
Oleh karena tebalnya rasa kepercayaan ibunda Pangeran Samudro yang melampaui batas keprihatinan, beliau akhirnya dapat mencapai muksa secara gaib sampai badan jasmaninya. Hal ini dikarenakan tak seorang pun tahu kemana perginya R.Ay. Ontrowulan atau dengan kata lain ibunda Pangeran Samudro hilang tak tentu rimbanya. Untuk mengenang peristiwa tersebut tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan, diberi nama “Sendang Ontrowulan”.

Silsilah Pangeran Samudro

INTI ZIARAH DI MAKAM PANGERAN SAMUDRO
Sejarah dan Waktu Ziarah di Makam Pangeran Samudro
1. Setiap hari selalu ada pengunjung yang berziarah ke Makam Pangeran Samudro meskipun
tidak banyak. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang melakukan suatu pantangan/sesirih
tertentu, misalnya melakukan pati geni selama beberapa hari di sana.
2. Setiap Kamis malam Jum’at jumlah pengunjung lebih banyak dari hari-hari biasa.
3. Setiap Kamis malam Jum’at Pon dan Kamis malam Jum’at Kliwon merupakan puncak kunjungan
wisatawan/peziarah. Tidak kurang dari 10.000 pengunjung dari berbagai daerah di Jawa dan
luar Jawa datang untuk berziarah di tempat ini.

Puncak kunjungan wisatawan/peziarah di Gunung Kemukus terjadi setiap malam Ju’mat Pon di bulan Suro/Muharam. Pengunjung malam Jum’at Pon di bulan Suro/Muharam mencapai 15.000 orang dan pada malam Jum’at Kliwon di bulan Suro/Muharam mencapai 7.000 orang. Pada hari pertama di bulan Suro/Muharam diadakan ritual pencucian selambu makam Pangeran Samudro, yang biasa disebut dengan ritual Larab Slambu/Larab Langse, yang dilanjutkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk sebagai acara rutin tahunan di objek wisata ini.

Waktu yang tepat untuk berziarah menurut literatur yang ada dan tradisi masyarakat di sekitar Gunung Kemukus adalah hari Kamis malam Jum’at Pon. Hal ini bertolak dari kisah pada zaman kerajaan Demak, sebagai berikut :
Pada suatu ketika di hari Jum’at Pon setelah Sultan Demak melaksanakan sholat berjamaah (Jum’atan), beliau melayangkan pandangannya ke atas dan dilihatnya sebuah bingkisan. Kejadian tersebut tidak diketahui oleh seorang pun kecuali oleh Sultan sendiri. Bingkisan tersebut lalu diambil dan didalamnya terdapat kain putih yang bertuliskan “Ini adalah pakaian untuk bekel (Senopati) Tanah Jawa”. Sebuah benda berbentuk “Kotang Ontokusumo”. Kemudian menurut adat, pakaian ini dikenakan oleh orang yang akan memangku jabatan Pangeran Pali.
Kemudian kejadian itu dijadikan sebagai dasar / ketentuan dengan para wali. Ketentuan di mana apabila Sultan Demak berkenan mengadakan pertemuan dengan para wali, maka waktunya ditentukan yaitu tepat pada hari Jum’at Pon untuk memperingati peristiwa penemuan Pusaka Kotang Ontokusumo.

Berdasarkan pada cerita tersebut, masyarakat sekitar kemudian menjadikan malam Jum’at Pon sebagai puncak tahlilan/do’a bersama. Sampai saat ini, pada setiap malam Jum’at Pon banyak orang berduyun-duyun datang untuk berziarah ke Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus.

Inti Ziarah di Makam Pangeran Samudro

“Sing sopo duwe panjongko marang samubarang kang dikarepke bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo slewang-sleweng, kudu mindeng marang kang katuju, cedhakno dhemene kaya dene yen arep nekani marang panggonane dhemenane” (Kadjawen, Yogyakarta : Oktober 1934)
“Barang siapa berhasrat atau punya tujuan untuk hal yang dikehendaki maka untuk mencapainya harus dengan kesungguhan, mantap, dengan hati yang suci, jangan serong kanan / kiri harus konsentrasi pada yang dikehendaki / yang diinginkan, dekatkan keinginan, seakan-akan seperti menuju ke tempat kesayangannya / kesenangannya”.

Petikan naskah atau wacana tersebut memang dapat ditafsirkan keliru, khususnya oleh masyarakat awam. Ada pendapat yang keliru yang mengatakan bahwa apabila berziarah ke Makam Pangeran Samudro harus seperti ke tempat kekasih/dhemenan dalam pengertian bahwa berziarah ke sana harus membawa isteri simpanan atau teman kumpul kebo serta melakukan hubungan seksual dengan bukan istri atau suami yang sah.. Parahnya, pendapat tersebut telah diterima oleh sebagian besar masyarakat.

Akan tetapi pandangan atau pendapat tersebut tidak benar dan perlu diluruskan. Munculnya pendapat tersebut berawal dari penafsiran pengertian kata “dhemenan”. Pengertian kata “dhemenan” dalam bahasa Jawa diartikan kekasih lain yang bukan isteri/suami sah (pasangan kumpul kebo), kekasih gelap, isteri/suami simpanan. Sehingga pengertiannya menjadi apabila ziarah ke Makam Pangeran Samudro harus membawa dhemenan.

Arti sesungguhnya dari kata “dhemenan” dalam konteks naskah dalam bahasa Jawa tersebut adalah keinginan yang diidam-idamkan, cita-cita yang ingin segera terwujud/tercapai seperti seakan-akan ingin menemui kekasih.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti ziarah di Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus adalah apabila punya kemauan, cita-cita yang ingin dicapai atau apabila menghadapi rintangan yang menghalangi jalan untuk mencapai cita-cita/tujuan tersebut harus dilakukan dengan cara sungguh-sungguh, hati yang bersih suci dan konsentrasi pada cita-cita dan tujuan yang akan dicapai/dituju. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk mencapai cita-cita dan tujuan tersebut dengan mudah.

Nilai-nilai Keteladanan Pangeran Samudro

Apabila saat ini Makam Pangeran Samudro selalu ramai dikunjungi oleh peziarah adalah karena adanya keyakinan bahwa semasa hidupnya Pangeran Samudro adalah orang yang mulia, besar jasanya pada bangsa dan negara, serta selalu berbuat baik dan menghormati sesama.
Hal-hal yang perlu diteladani oleh para peziarah dari seorang figur Pangeran Samudro adalah :
1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menghargai orang tua sebagai perantara lahir manusia ke dunia.
3. Selalu taat dan setia kepada negara dan Sultan (Pemerintah)
4. Tidak takut menghadapi kesukaran,dan penderitaan dalam menunaikan tugas.
5. Seorang tokoh pendamai/pemersatu bangsa dan selalu bertanggung jawab.

INFORMASI UMUM

Lokasi Administratif

Secara administratif, Obyek Wisata Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Letak Geografis

Secara geografis, Objek Wisata Gunung Kemukus terletak sekitar ± 29 KM di sebelah utara kota Solo. Dari Sragen sekitar 34 KM ke arah utara. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Dari kota Sragen dapat ditempuh selama ± 45 menit dengan kendaraan bermotor melewati jalan Sragen - Pungkruk/Sidoharjo - Tanon - Sumberlawang/Gemolong - Gunung Kemukus.
Dari kota Solo dapat menggunakan kendaraan bermotor selama ± 30 menit, melewati jalan Solo – Purwodadi turun di Barong kemudian menuju Gunung Kemukus dengan perahu menyeberangi Waduk Kedung Ombo.

Spesifikasi Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus

Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Dengan dibangunnya Waduk Kedung Ombo menjadikan Makam Pangeran Samudro berada di atas bukit yang menjorok ke tengah Waduk Kedung Ombo. Oleh karena itu, Obyek Wisata Gunung Kemukus juga merupakan salah satu objek wisata tirta di Kabupaten Sragen.
Komplek Makam Pangeran Samudro adalah Obyek Wisata Budaya di Kabupaten Sragen. Kawasan tersebut terdiri dari :
1. Bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan dinding batu bata dan bagian atas
berdinding kayu papan. Didalamnya terdapat tiga makam. Satu buah makam besar yang
ditutupi kain selambu adalah makam Pangeran Samudro dan R.Ay. Ontrowulan. Sedangkan dua
makam lainnya adalah makam dua abdi setia Pangeran Samudro yang selalu mengikuti beliau
kemanapun pergi.
2. Di sebelah kanan makam terdapat sendang (sumber air) yang bernama “Sendang Ontrowulan”.
Sendang tersebut merupakan tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan ketika akan menemui putranya
yang sudah meninggal. Air sendang tersebut dikenal tidak pernah habis, bahkan di musim
kemarau sekalipun.

Fasilitas Pengunjung

Kawasan Wisata Gunung Kemukus dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung pariwisata yang tentu saja bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung, antara lain: mushola, kamar kecil, tempat parkir, penginapan, dan ruang informasi.

TIKET MASUK

- Hari Biasa Rp. 3.000,-

- Malam Rabu & Jum’at Pon/Kliwon Rp. 4.000,-

MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN

Salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo). Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di dunia. Luasnya mencapai 56 kilometer persegi yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe dan Plupuh serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Gondangrejo.

Museum Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo - Purwodadi. Museum ini dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi. Bangunan tersebut bergaya Joglo yang terdiri atas : Ruang Pameran yaitu ruang utama tempat koleksi terdisplay; Ruang Laboraturium yaitu tempat dilakukannya proses konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan; Ruang Pertemuan yaitu ruang yang digunakan segala kegiatan yang diadakan di museum;Ruang display bawah tanah; Ruang audio visual; Ruang Penyimpanan koleksi fosil-fosil, Mushola dan Toilet.

Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah, fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya.

Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah iniliah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.

Sampai saat ini, Situs Manusia Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu untuk diungkap. Sebanyak 50 individu fosil manusia Homo Erectus yang ditemukan. Jumlah ini mewakili 65% dari fosil Homo Erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50% dari populasi Homo Erectus di dunia (Widianto : 1995, 1). Keseluruhan fosil yang ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboraturium Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hasil tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko.

Di kawasan Museum Purbakala Sangiran telah dilengkapi sarana dan prasarana kepariwisataan seperti Menara Pandang, Homestay, Audio Visual, Guide, Taman Bermain, Souvenir Shop dan Fasilitas Mini Car yang dapat digunakan pada wisatawan untuk berkeliling di Situs Sangiran. Museum Purbakala Sangiran dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi, bus pariwisata maupun angkutan umum.

Cara Mencapai Sangiran

1. Dari Solo dapat ditempuh dengan jarak kurang lebih 17 Km ke arah utara

SOLO ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN

2. Dari Semarang dapat ditempuh kurang lebih 100 Km

SEMARANG ==> PURWODADI ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN

SEMARANG ==> SALATIGA ==> KARANG GEDE (BOYOLALI) ==> GEMOLONG ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN

3. Dari Surabaya

SURABAYA ==> SRAGEN ==> GEMOLONG ==> KALIJAMBE == > SANGIRAN

SURABAYA ==> SRAGEN ==> MASARAN ==> PLUPUH ==> SANGIRAN (Jalan beraspal dan sempit)

4. Dari Jogjakarta, jarak tempuh kurang lebih 90 Km

JOGJAKARTA ==> SURAKARTA / SOLO ==> KALIJAMBE ==> SANGIRAN

TIKET MASUK

- Masuk Kawasan untuk Wisatawan Domestik Rp. 2.000,-

- Masuk Kawasan untuk Wisatawan Mancanegara Rp. 7.500,-

- Masuk Museum Rp. 1.000,-

- Ruang Audio Visual (minimal 25 orang) @ Rp. 2.000,-

- Penelitian / Research Rp. 50.000,-

- Parkir Kendaraan Roda 2 Rp. 300,-

- Parkir Kendaraan Roda 4 Rp. 500,-

- Parkir Kendaraan Bus / Truk Rp. 5.000,-

PEMANDIAN AIR PANAS BAYANAN

Secara Geografis, Pemandian Air Panas Bayanan terletak 17 Km di sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun dengan angkutan umum. Dari Pusat Kota Sragen dapat ditempuh dengan Angkude (Angkutan Pedesaan) jurusan Bayanan Sambirejo dengan rute : Sragen-Ngarum-Blimbing-Bayanan PP.

Kondisi prasarana jalan ke ODTW Pemandian Air Panas Bayanan cukup baik berupa jalan aspal selebar 4 meter. Lokasi obyek wisata ini dapat dicapai melalui enam jalur berbeda. Jalur-jalur tersebut adalah sebagai berikut :

Jalur 1 : Sragen - Ngarum - Sambirejo - Sambi - Bayanan

Jalur 2 : Banaran (Sambungmacan) - Gondang - Sambi - Bayanan

Jalur 3 : Masaran - Jambangan - Batujamus - Kerjo - Sambirejo - Sambi - Bayanan

Jalur 4 : Karanganyar - Mojogedang - Batujamus - Kerjo - Sambirejo - Sambi - Bayanan

Jalur 5 : Magetan - Jogorogo - Ngrambe - Sine - Winong - Sambi - Bayanan

Jalur 6 : Karangpandan - Nagrgoyoso - Jenawi - Sambirejo - Sambi - Bayanan

Sekilas Tentang Bayanan

Pemandian Air Panas Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah untuk wisata kesehatan (helath tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata alam dan olahraga.

Konon, menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, air panas Bayanan dianggap memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit, seperti : rematik, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Sehingga oleh orang terdahulu sumber air panas itu dinamakan “Hyang Tirto Nirmolo” (Air untuk Pengobatan).

Ternyata kebenarannya terbukti sehingga banyak pengunjung berdatangan untuk membuktikan khasiatnya. Selain bisa menyembuhkan berbagai penyakit di atas, air panas tersebut dipercaya juga bisa menurukan kadar kolesterol dalam darah, memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas tubuh, memelihara kesegaran sendi-sendi dan otot dan menghilangkan capek-capek, apabila dilakukan secara rutin.

Selain sebagai wisata kesehatan karena khasiat yang dimiliki oleh air panas ini dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Pemandian Air Panas Bayanan juga memiliki daya tarik wisata alam (ekowisata). Suasana alam pedesaan yang masih alami dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berasal dari perkotaan. Para wisatawan bisa melakukan kegiatan treking maupun camping di hutan karet yang berada tidak jauh dari lokasi pemandian air panas tersebut dan di kawasan bukit yang mengitari PAP Bayanan.

Pada saat-saat tertentu, misalnya menjelang Bulan Puasa Ramadhan dan Lebaran, di obyek wisata ini sering diselenggarakan atraksi wisata berupa kegiatan seni dan budaya, misalnya Seni Campursari dan Dangdut.

Kantor Pariwisata, Investasi dan Promosi Kabupaten Sragen untuk waktu yang akan datang juga akan menambah fasilitas baru yakni Otbound, Flying Fox dan Arena Motor Tracking. Sehingga banyak pilihan bagi para wisatawan dalam menikmati keindahan Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bayanan.

TIKET MASUK

- Masuk Obyek Hari Biasa Rp. 1.000,-

- Mandi Hari Biasa Rp. 1.000,-

- Masuk Obyek Hari Libur Nasional Rp. 1.500,-

- Mandi Hari Libur Nasional Rp. 1.500,-

WADUK KEDUNGOMBO

SI GERSANG NAN POTENSIAL DAN EKSOTIK DI SRAGEN UTARA

Waduk Kedung Ombo (WKO) merupakan salah satu bendungan terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah. Waduk yang mulai dibangun pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 1991 ini terletak di 3 (tiga) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Grobogan. Waduk Kedung Ombo dibangun pada pertemuan Sungai Uter dan Sungai Serang yang terletak di Dukuh Kedungombo, Desa Ngrambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.


Kawasan Waduk Kedung Ombo mempunyai area seluas 6.576 Ha yang terdiri dari lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan daratan seluas 3.746 Ha. Pemanfaatan WKO baru sebatas untuk irigasi, PLTA, perikanan, dan yang sekarang sedang dikembangkan adalah pengembangan potensi WKO di bidang pariwisata. Keberadaan WKO tidak hanya memberikan manfaat bagi tiga kabupaten yang menjadi daerah genangannya, namun juga bagi daerah-daerah lain. Sebagai contoh, daerah-daerah yang mendapatkan pelayanan irigasi dari WKO antara lain Demak, Kudus, dan Pati. Bahkan air WKO juga melayani sebagian kebutuhan air minum di Kota Semarang.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN WKO

WKO Dulu

Di waktu yang lalu, keberadaan WKO tidak bisa dilepaskan dari kesan negatif yang melekat padanya. Kesan negatif yang muncul akibat proses pembangunan waduk tersebut. Banyak warga masyarakat yang merasa sangat dirugikan karena rumah dan desa yang mereka huni harus ditenggelamkan untuk dijadikan daerah genangan air Waduk Kedung Ombo. Bagi mereka, WKO merupakan cermin ketidakadilan pada masa pemerintahan Orde Baru, yang antara lain berhubungan dengan ganti rugi tanah dan pelanggaran hak asasi manusia.

Ketika itu mungkin tidak pernah terpikir di benak masyarakat bahwa pembangunan Waduk Kedung Ombo akan memberikan manfaat yang besar bagi pembangunan dan perkembangan di daerah tersebut, serta peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Mengingat daerah di sekitar WKO yang gersang sehingga sangat tidak mendukung bagi perekonomian masyarakat. Akibatnya, kondisi masyarakat di sekitar WKO pada umumnya miskin.

WKO Sekarang

Perkembangan pembangunan WKO yang telah dicapai pada masa ini mungkin tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat sebelumnya. Berbagai potensi yang dimiliki oleh kawasan Waduk Kedung Ombo telah banyak yang dimanfaatkan dan dikembangkan. Saat ini, Pemerintah Kabupaten Sragen sedang berupaya untuk mengoptimalkan potensi WKO untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Konsep pengembangan kawasan WKO bertumpu pada potensi alam dengan tetap memperhatikan kelestarian alam. Konsep pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat dengan tanpa meninggalkan upaya konvervasi alam, baik darat, air, maupun udara. Dengan demikian, pelestarian alam dapat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat,

Potensi-potensi kawasan Waduk Kedung Ombo yang telah dikembangkan antara lain :

1. Bidang Perikanan

Potensi wilayah perairan WKO yang dapat dikembangkan untuk usaha budidaya ikan adalah seluas 2.830 Ha, sedangkan yang telah diusahakan oleh masyarakat adalah seluas 28 Ha untuk budidaya ikan nila merah, karper, gurame, dan patin. Ikan-ikan tersebut ada yang dipelihara dengan sistem keramba apung.

Ikan-ikan yang dihasilkan dari WKO sehat dan aman untuk dikonsumsi karena tidak tercemar oleh bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan. Hal ini karena perairan WKO adalah salah satu perairan yang bebas dari pencemaran limbah kimia berbahaya yang berasal dari limbah pabrik atau industri. Masyarakat bisa berbelanja ikan-ikan tersebut di pasar ikan yang berada di sekitar waduk.

2. Bidang Pariwisata

Kawasan WKO memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Kabupaten Sragen. Banyak sisi menarik yang bisa menjadi faktor penarik para wisatawan untuk berkunjung ke kawasan ini. Salah satunya adalah WKO berada di lokasi yang strategis dalam artian kawasan ini terletak di posisi yang berdekatan dengan objek dan daya tarik wisata lain yang juga dimiliki oleh Kabupaten Sragen, antara lain : Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus yang berada di tepi Waduk Kedung Ombo; ODTW Museum Sangiran di Kalijambe yang berjarak ± 14 KM dari WKO; Wisata Ziarah di Makam Joko Tingkir dan ayahnya (Ki Kebo Kenongo) di Desa Butuh, Kecamatan Plupuh yang berjarak ± 35 KM dari WKO; dan Desa Wisata Batik Kliwonan di Kecamatan Masaran yang berjarak ± 37 KM dari WKO. Dengan demikian, para wisatawan bisa dengan mudah mengunjungi beberapa ODTW yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen dengan tanpa menghabiskan banyak waktu untuk perjalanan. Selain itu, letak ODTW yang saling berdekatan ini memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin membuat paket perjalanan atau usaha biro pariwisata.

Berbagai aktivitas menarik bisa dilakukan oleh para wisatawan di WKO, antara lain menikmati keindahan panorama WKO, memancing ikan, berbelanja di pasar ikan, dan berpetualang dengan perahu motor di pulau seluas 20 Ha yang berada di tengah waduk. Selain itu, di kawasan WKO telah berdiri sebuah lapangan pacuan kuda “Nyi Ageng Serang” yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang cukup memadai. Lapangan pacuan kuda seluas ± 15 Ha dengan panjang lintasan 600 M dan lebar lintasan 14 M ini merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulomas di Jakarta dan pernah menjadi tuan rumah untuk kejuaraan pacuan kuda tingkat nasional. Kejuaraan pacuan kuda merupakan kegiatan rutin tahunan di kawasan WKO, yang tentu akan menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik dan sayang untuk dilewatkan.

Selain itu, di hari-hari biasa para wisatawan dapat berkeliling (hiking) di sekitar WKO dengan naik kuda yang telah disediakan. Topografi yang bergelombang namun tidak terlalu curam memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang menyukai petualangan.

Fasilitas lain yang juga tersedia di kawasan wisata WKO adalah homestay. Para wisatawan yang berkunjung ke WKO dapat tinggal di rumah penduduk di sekitar kawasan, melihat dari dekat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, dan bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal untuk beberapa waktu. Dengan adanya fasilitas homestay ini diharapkan para wisatawan yang berkunjung mendapatkan pengalaman berwisata yang berbeda dan kenangan yang mendalam akan objek wisata ini.

Selain itu, pada saat ini sedang dibangun resto apung untuk melengkapi sarana penunjang pariwisata di kawasan wisata WKO. Para wisatawan dapat menikmati berbagai hidangan di tempat makan yang nyaman yang berada di atas air.

3. Bidang Olahraga

Berbagai aktivitas olahraga dapat dilakukan di kawasan wisata WKO, antara lain berkuda, menjelajah, memancing, berenang, naik sampan/canoe, bersepeda, berkemah, dan sebagainya. Selain itu, di kawasan WKO juga akan disediakan fasilitas untuk olahraga yang lain, misalnya jet ski dan terbang layang (gantole).

WKO di Masa Depan

Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo akan terus berbenah. Pembangunan di kawasan ini tidak berhenti sampai di sini. Beberapa rencana pembangunan dan pemanfaatan potensi kawasan wisata WKO di berbagai bidang telah dirancang dan terbuka peluang yang lebar bagi para calon investor untuk turut berperan serta dalam pembangunan dan pengembangannya. Pengembangan diarahkan pada perbaikan dan peningkatan fasilitas yang sudah ada dan penambahan fasilitas baru.

Rencana pengembangan kawasan wisata Waduk Kedung Ombo antara lain:


· Pembangunan taman safari

· Pembangunan agrowisata jeruk dan lengkeng

· Pembangunan bumi perkemahan (camping ground)

· Peningkatan pemanfaatan lahan untuk budidaya sayuran dan buah organik

· Budidaya ternak walet

· Pembangunan dan penyediaan fasilitas olahraga air

· Pembangunan dan penyediaan fasilitas olahraga terbang layang (gantole)

· Pembangunan resort

· Pembangunan dermaga

· Pembangunan jaringan kereta gantung

· Pembangunan tempat pelelangan ikan

· Pembangunan pasar lelang sapi

· Pembangunan kolam renang

· Pembangunan lapangan mini golf dan lapangan tenis

· Pembangunan sarana dan prasarana (jalan, jembatan, jaringan telepon, tempat parkir, jaringan listrik, air bersih, dan sebagainya).

· Pembangunan arena bermain (play ground)

· Pembangunan rumah makan dan penginapan, dll.

INFORMASI UMUM

Lokasi

Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo terletak di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen (± 29 KM dari Solo atau ± 31 KM dari Sragen).

Rute Perjalanan

Kawasan wisata Waduk Kedung Ombo dapat ditempuh dengan melewati jalur sebagai berikut:

± 12 KM dari perempatan Sumberlawang ke arah utara menuju Duwet – Ngargotirto – Ngasinan – Ngargosari – belok kiri ke Jatironggo – WKO

Untuk mencapai lokasi lapangan pacuan kuda “Nyi Ageng Serang” dapat melalui jalur berikut :

± 9 KM dari perempatan Sumberlawang ke arah utara menuju Duwet – Ngargotirto – Ngasinan – Lapangan Pacuan Kuda “Nyi Ageng Serang”.